Minggu, 24 Maret 2013

Siapa Pemiliknya? (Violetta tak Tahu dan Tak Ingin Tahu)


Mungkin kali ini kali terakhir ingin kuucapkan selamat ulang tahun untukmu. Aku terlalu rapuh dan terlalu luka untuk selalu mengingat kenangan yang ada antara kau dan aku. Sementara itu semua hanya membawa sedih yang mendalam pada diriku. Aku ingin segera berlalu dari kebisaaanku sejak 2 sma silam. Sejak itu pula mungkin kau tak pernah mengerti bahwa sebenarnya dari awal aku telah menyimpan rasa terhadapmu.

Perih Pertama
Aku mulai mengerti bahwa inilah sakit hatiku yang pertama karenamu. Ketika itu setiap tingkah dan gerak gerikmu selalu kucari bahkan setiap pagi kumenunggu hanya untuk melihatmu sekadar lewat, itu pun hanya melihat dari kejauhan saja. Hingga suatu ketika, ku tahu kalau kau ternyata pacaran dengan seseorang. Seseorang yang kukenal adik tingkatan kelas. Saat itu aku ingin berontak dan melunjak, marah akan kehadirannya. Ingin segera menghampirimu dan menyatakan sakit yang kurasakan, tapi telah kuurungkan karena apa pula pengaruhnya aku hanyalah orang lain yang tak kau kenal bahkan tak berarti apa-apa. Diariku dipenuhi dengan cerita sang kakak kelas itu, kakak kelas yang pernah menaruh hati padaku. Entah apa dan kenapa bisa terjadi, sebelumnya ku pernah pacaran dengan teman atau sahabatku sendiri tapi tak pernah ku menaruh perhatian seperti itu kecuali kepada kakak kelasku yang selalu jalan berbarengan dengan rekan laki-lakinya. Kemana pun dia pergi pasti berdua dengan temannya. Aku ingat betul. Aku sampai hafal dalam sehari apa yang akan dia lakukan di sekolah. Satu, selalu izin ke wc, dua, selalu ke kantin belakang, tiga, selalu nongkrong depan perpustakaan, dan empat ketika pulang dia selalu ditemani dengan sebatang rokok duduk pada tembok samping gardu kecil depan sekolah. Aku selalu memperhatikan itu semua secara diam. Saya sendiri sama sekali tidak mengerti dengan perasaan tersebut, dan keingintahuan tersebut terhadapnya. Yang kurasakan aku selalu ingin melihatnya, selalu ingin tahu tentang dirinya meski dia punya pacar sekali pun. Pernah ketika ingin rasanya aku menangis melihatnya berduaan di aula sekolah dengan pacarnya. Aku benar-benar meraskan cemburu. Tapi kenapa? Tapi kenapa bisa? Ada apa yang membuatku merasa seperti itu dan ingin berontak? Mungkinkan karena aku mencintainya?
Beberapa bulan kemudian dia tamat. Hari itu hari penentuan kelulusan. Aku tak mau melewatkan momen-momen tersebut, aku ingin dia lulus. Aku menantikan kabar kelulusannya. Ketika dia buka amplop di lapangan sepak bola sekolah dia tampak girang. Aku lega karena itu pertanda bahwa dia pasti lulus. Aku senang, ingin rasanya menghampirinya dan mengucapkan selamat. Sisi lain pada kelulusannya aku merasa gundah, karena ketika dia lulus artinya aku tidak dapat lagi melihatnya di sekolah ini. Aku tidak dapat lagi melihat dia berjalan, melihat dia tertawa, dan melihat dia berchanda.
Hari pengumuman kelulusan itu sungguh menarik perhatianku, tak kuhiraukan siswa yang lain yang lulus hanya dia. Coret-coretan dengan temannya hingga dia tampak berlalu selalu menggugah rasa ingin tahuku. Dia pun berlalu, berlalu ke tempat umum, tempat rekreasi, tempat tujuan siswa-siswa SMA untuk merayakan kelulusannya. Aku tahu tempat itu, tempat itu melewati depan rumahku. Dan aku harus menunggunya lewat. Lahi-lagi aku ingin melihatnya lewat. Aku sungguh sudah gila melakukan ini semua.
*tahukah kamu siapa dia? Dia adalah kamu, kamu yang memberiku buku bersampul merah
Kisah Baru
Kini pada kisah baru. Lama ku tak lagi melihatnya. Dia mungkin telah kuliah, ataukan menganggur saja, ataukah pergi merantau. Aku tak lagi tahu tentangnya, yang kutahu hanya kebisaaanku membuat puisi, sajak, dan cerita tentangnya. Diariku penuh, diariku hanya seputarannya setiap hari dan setiap waktu aku menulis tentangnya sampai pada detik ini, detik menjelang hari ulang tahunnya. Mungkin dia tidak akan tahu semua yang kulakukan ini. Diariku full, catatanku penuh semua tentangnya. Dan sekarang file word di computer yang ku ketik hanya dia dan tentang dia. Aku tahu nilai UNnya, aku tahu rosternya. Semua itu pernah kulakukan tanpa tahu apa sebenarnya tujuannya untukku….aku tak pernah tahu. Kisah baru itu adalah kisah lanjutan setelah aku tak lagi menemukannya. Aku kembali bisa menyapanya lebih akrab dan lebih dekat dan akhirnya dia menyatakan cinta padaku. Aku sangat bahagia, aku bertemu dengannya di dunia kampus. Setahun setelah kelulussannya di sma. Kebisaaanku yang dulu kembali. Di kampus aku tak pernah tenang ketika tak melihatnya. Aku tak nyaman ketika tak kulihat dia dari jauh. Yang lain boleh tidak ada yang mengetahui perhatianku terhadapnya yang jelasnya ku sangat perhatian. Tapi perhatian itu tak bisa kutunjukkan secara langsung. Tiada hari yang terlewatkan aku tak menulis tentang dirinya. Setiap hari kucatat dia pakai baju warna apa dan sedang apa atau tampak bagaimana. Meski aku tak menyapanya, meski aku tak menyapa pacarku itu tapi aku selalu diam-diam memperhatikannya dari jauh dan semua itu kutuliskan tapi semua itu sia-sia dia tidak pernah mengetahui dalamnya perasaanku sampai detik ini. Mengetahuinya pun dia tidak akan kembali. Dia tidak akan lagi meyapaku. Dia tidak akan mengerti. Aku sudah tidak bisa lagi menuliskannya. Itu membuat air mataku berlinang dan mengalir aku hanya ingin mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN untuknya karena aku tak bisa lagi menghubunginya bagaimana pun bentuknya. Aku dihalangi oleh tembok yang besar dan dia sendiri yang mendirikan tembok itu.

SELAMAT ULANG TAHUN, SEMOGA PANJANG UMUR DAN MENJADI LEBIH BAIK. TAMBAH BIJAK MENYIKAPI KEHIDUPAN, DAN SEMOGA HAL TERHADAPKU TAK DILAKUKAN KEPADA SIAPA PUN. AKU BERTARUH ATAS NYAWAKU TIDAK ADA ORANG YANG AKAN MENULISKAN TENTANGMU SERINCI DAN SEDETAIL DIRIKU.

Mungkin ini tulisan terakhirku untuknya, mungkin aku menuliskan yang lain. Dengan demikian aku bisa lega dan mengobati lukaku sendiri. Semoga dia bisa mendapatkan pemaknaan yang dalam sedalam-dalamnya.
Suatu saat akan ku kirim agar bisa kau baca.
*Dia adalah kamu yang kuminta untuk membaca ini, dia adalah pemilik buku bersampul merah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar